Jumat, 26 Juni 2015

Laporan Praktikum Zoologi Invertebrata IV Annelida



PRAKTIKUM IV

Topik                   : Annelida
Tujuan                 : Mengamati dan menyebutkan ciri – ciri morfologi daric acing
                               tanah dan lintah
Hari/ Tanggal       : Kamis/ 12 Maret 2015
Tempat                : Laboratorium Biologi FKIP PMIPA Unlam Banjarmasin

I.                   ALAT DAN BAHAN
ALAT         :
1.      Bak Parafin
2.      Loupe
3.      Kertas
BAHAN    :
Cacing tanah (Pheretima sp.) dan Lintah (Hirudo medicinalis)

II.                CARA KERJA
1.      Meletakkan cacing tanah dan lintah yang hidup di atas kertas.
2.      Mengamati morfologi daric acing tanah dan lintah.
3.       Menggambar dan memberi keterangan.

III.             TEORI DASAR
                    Annelida terbagi atas 2 kelas yaitu Oligochaeta dan Polychaeta. Yang kita pelajari saat ini adalah kelas Oligochaeta dan Polychaeta dengan contohnya adalah Pheretima atau Megascolex.
                    Tubuh Pheretima atau Megascolex terdiri atas segmen-segmen pada bagian anterior terdapat mulut/prostomium atau badan posterior terdapat anus. Pada beberapa spesies cacing tanah memiliki jumlah segmen yang berbeda-beda dan letak klitelumnya pun berbeda. Pada phylum Annelida, ditandai dengan adanya setae.
 
      V.        ANALISIS DATA

1. Cacing tanah (Pheretima sp.)
Klasifikasi    :
Kingdom      :  Animalia.
Phylum         :  Annelida.
Classis          :  Oligochaeta.
Ordo             :  Oligochaetales.
Familia          :  Pheretimanidae.
Genus           :  Pheretima.
Spesies          :  Pheretima sp.
( Sumber       :  P.S. Verma, 2002 )
              Pada praktikum Annelida kali ini, digunakan hewan cacing tanah (Pheretima sp.) sebagai salah satu spesies dari filum Annelida, yang digunakan untuk mengamati dan menyebutkan ciri-ciri morfologi dari cacing tanah.
              Cacing tanah tanah merupakan hewan yang termasuk dalam kelas oligochaeta. Habitat cacing tanah (Pheretima sp.) adalah di tanah yang basah, di selokan, dan di sawah.
              Cacing tanah berbentuk bulat (gilik) panjang dan slindris, berwarna merah keungu-unguan, serta mempunyai seta pada tubuhnya yang bersegmen. Jumlah segmen pada cacing tanah bisa mencapai antara 95-150 segmen. Sedangkan klitelumnya terletak pada segmen 14-16, pada bagian anterior tubuhnya. Cacing tanah memiliki segmen di bagian luar dan dalam tubuhnya. Antara satu segmen dengan segmen lainya terdapat sekat yang disebut septa. Pembuluh darah, sistem ekskresi, dan sistem saraf di antara satu segmen dengan segmen lainnya saling berhubungan menembus septa. Rongga tubuh berisi cairan yang berperan dalam pergerakkan annelida dan sekaligus melibatkan kontraksi otot. Ototnya terdiri dari otot melingkar (sirkuler) dan otot memanjang (longitudinal).
              Pada bagian depan (anterior) tubuh cacing, terdapat beberapa segmen yang warnanya berbeda dengan segmen di sekitarnya. Bagian itu disebut klitelum. Di dalam klitelum, terdapat kelenjar yang digunakan untuk membungkus telur menjadi kokon. Cacing tanah bersifat hermafrodit, tetapi melakukan perkawinan silang. Sistem saraf pada cacing tanah merupakan sistem saraf tangga tali.
              Tubuh Pheretima sp. lunak dan mengeluarkan lendir untuk mempermudah gerakannya. Jika cacing tanah merasa terganggu, misalnya ditusuk, cacing tanah akan menguarkan cairan putih kental seperti santan. Ini merupakan cairan selom, gunanya untuk mempertahankan diri.
              Ciri-ciri dari Pheretima itu sendiri adalah tubuh berbentuk gilik, ujung posterior tubuh agak meruncing, tubuh bersegmen-segmen, permukaan ventral tubuh licin, mulut terdapat pada ujung anterior tubuh, anus terdapat pada ujung posterior tubuh, memiliki dan bersifat hermafrodit.
              Cacing tanah memakan zat-zat organik sisa yang terdapat di dalam tanah. Tanah yang dimakan cacing melewati usus dan akan dikeluarkan bersama feses.  Feses biasanya dikeluarkan di atas permukaan tanah. Tanah hasil pencernaan cacing, kaya akan nitrogen yang berasal dari metabolisme cacing. Itulah sebabnya, cacing sering disebut sebagai penyubur tanah. Cacing tanah mempunyai alat pengeluaran sisa metabolisme dalam bentuk cair berupa nefridia. Pada setiap segmen terdapat nefridia, yang terletak di kiri-kanan alat pencernaan, kecuali pada tiga segmen pertama. Nefridia memiliki saluran panjang yang berkelok-kelok. Nefridia akan bermuara pada lubang tubuh yang disebut nefridiofor.
              Darah cacing tanah berwarna merah, karena plasma darahnya mengandung hemoglobin. Sistem peredaran darah cacing tanah adalah sistem peredaran darah tertutup. Di daerah dorsal, terdapat satu pembuluh darah dorsal yang membujur dari anterior ke posterior. Darah mengalir dari posterior melalui pembuluh dorsal ke anterior. Aliran darah terjadi karena pembuluh darah dorsal ini berkontraksi mengalirkan darah. Jadi, pembuluh darah dorsal berfungsi sebagai jantung. Inilah sebabnya, pada cacing yang besar, pembuluh darah ini tampak dari luar tubuh Pheretima sp. Pembuluh darah ini berwarna merah.
              Tubuh cacing tanah terdiri dari segmen-segmen dan memiliki struktur organ-organ sederhana, yang justru menyebabkan cacing tanah dapat terus beradaptasi dengan lingkungan hidupnya. Cacing tanah tidak memiliki alat gerak seperti kaki dan tangan, otot badannya yang memanjang (longitudinal) dan otot badannya yang melingkar tebal (sirkuler) ternyata sangat berguna untuk pergerakan. Kontraksi otot longitudinal menebabkan tubuh cacing tanah bisa memanjang dan memendek. Sedangkan kontraksi otok sirkuler menyebabkan tubuh cacing tanah mengembang dan mengkerut. Sinkronisasi kontraksi kedua jenis otot ini menimbulkan gaya gerak kedepan. Kalau diperhatikan kelihatan lemah, tetapi sebetulnya tidak demikian, cacing tanah termasuk relatif kuat karena dengan susunan otot yang melingkar dan memanjang cacing tanah dapat menembus tanah. Cacing tanah dapat mendorong suatu benda atau batu kecil yang 60 x lebih berat dari tubuhnya sendiri, tetapi bila tidak dapat didorong, tanah itu akan dimakannya dan setelah itu bersama-sama kotoran dikeluarkan atau disembulkan melalui anus.
              Cacing tanah juga mempunyai struktur pembantu pergerakan yang disebut seta, fungsinya adalah sebagai jangkar supaya lebih kokoh pada tempat bergeraknya. Bila seekor cacing tanah ditarik dari lubangnya, tubuhnya akan putus. Hal ini disebabkan karen daya lekat seta. Alat bantu lainnya adalah lendir yang dihasilkan oleh kelenjar lendir pada epidermisnya. Lendir (mucus) ini terus diproduksi untuk melapisi seluruh tubuhnya, supaya lebih mudah bergerak ditempat-tempat yang kasar, misalnya pada daun-daun dan ranting-ranting tanaman yang gugur. Lendir dipakai untuk memperlicin saluran atau lubang didalam tanah, sehingga leluasa bergerak didalam lubang.

2.      Lintah (Hirudo medicinalis)
Klasifikasi  :
Kingdom   :  Animalia
Filum         :  Annelida
Kelas          :  Clitellata
Ordo          :  Haplotaxida
Subkelas    :  Hirudinea
Genus        :  Hirudo
Spesies       :  Hirudo medicinalis
(Sumber     :  Linnaeus, 1758)
              Lintah sebenarnya tidak mirip dengan anggota annelida lainnya. Lintah memiliki jumlah segmen yang tetap (biasanya 34). Tubuh rata pada bagian dorsoventral, tidak memiliki seta, tidak memiliki parapodia, serta memiliki alat penghisap di bagian anterior (depan) dan posterior (belakang). Pada beberapa bagian spesies, selom tidak dibagi oleh septa, dan selom telah diisi oleh jaringan penghubung dan otot.
              Lintah tergolong hermafrodit, dan perkembangbiakannya sama seperti oligochaeta. Lintah, umumnya ditemukan di habitat air tawar, tetapi sebagian kecil ditemukan di laut dan darat. Apabila di darat biasanya dalam kondisi tempat yang hangat dan lembab. Lintah termasuk karnivora karena memakan avertebrata kecil lainnya, tetapi beberapa jenis lintah merupakan parasit penyedot darah hewan lain, termasuk manusia. Panjang lintah berkisar antara 1-3 cm.
              Spesies lintah parasit akan mensekresikan hirudin yang berfungsi mempertahankan darah inang supaya tidak menggumpal. Biasanya lintah mengisap darah sampai sepuluh kali berat tubuhnya. Setelah mengisap sebanyak itu, lintah dapat bertahan selama berbulan-bulan tanpa makan.
              Selama berabad-abad, ahli kesehatan menggunakan lintah untuh pengobatan karena lintah dipercaya dapat mengendalikan penyakit yang disebabkan oleh kelebihan darah. Akhir-akhir ini, banyak ahli bedah yang tertarik menggunakan lintah untuk membantu melekatkan kembali tangan atau jari yang luka parah. Hal itu dikarenakan lintah ternyata mampu mengontrol pembengkakan dengan lebih baik pada tangan atau bagian tubuh yang mengalami penyambungan ulang daripada ahli bedah (karena vena yang akan disambung ulang itu berukuran kecil).
              Selain itu, para ahli juga tertarik dengan adanya zat antikoagulan (antipembekuan) yang terdapat pada lintah dan biasanya dikeluarkan ketka lintah tersebut makan. 

VI. KESIMPULAN  
       Berdasarkan hasil pengamatan, maka dapat disimpulkan :
1     Annelida terdiri dari 2 kelas, yaitu Oligochaeta dan Polychaeta.
2.       Lintah (Dugesia sp.) merupakan hewan bertubuh lunak yang termasuk dalam kelas hirudinea. Lintah memiliki ciri-ciri triploblastik selomata, rongga tubuh sejati, alat pencernaan sempurna, sistem saraf tangga tali, alat eksresi berupa nefridia, system peredaran darah tertutup, berjenis kelamin ganda (hermafrodit), bentuk tubuh agak gepeng atau gilik, memiliki alat penghisap anterior dan posterior, serta  bergerak menggunakan kaki semu.
3.       Cacing tanah (Pheretima sp.) merupakan cacing yang berbentuk bulat (gilik) yang termasuk dalam kelas oligochaeta. Cacing tanah memiliki ciri-ciri tubuh berbentuk gilik, ujung posterior tubuh agak meruncing, tubuh bersegmen-segmen, permukaan ventral tubuh licin, mulut terdapat pada ujung anterior tubuh, anus terdapat pada ujung posterior tubuh, dan bersifat hermafrodit.

  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar