Jumat, 26 Juni 2015

Laporan Praktikum Morfologi Tumbuhan III Tata Letak Daun, Rumus Daun, dan Digram Daun



PRAKTIKUM III

Topik               : Tata Letak Daun, Rumus Daun, dan Diagram Daun
Tujuan             : Mengenal berbagai tata letak daun pada batang, menentukan
  rumus daun serta menggambar bagan dan diagram daun.
Hari/Tanggal   : Sabtu/ 7 Maret 2015
Tempat            : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP Unlam Banjarmasin
I.                   ALAT DAN BAHAN
A.    Alat :
1.      Baki/Nampan
2.      Alat tulis
B.     Bahan :
1.   Ranting Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
2.   Ranting Alamanda (Allamanda chatartica L.)
3.   Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
4.   Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
5.   Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)

II.                CARA KERJA
1.      Mengamati duduk daun pada ranting, cabang atau batang (tunggal tersebar, tunggal berseling, berhadapan, berseling berhadapan, berkarang, roset batang, roset akar, monospirostik dan tripirostik).
2.      Menentukan rumus daun : 1/2, 2/5, 3/8, dan seterusnya.
3.      Menggambar bagan dan diagram daun.

III.             TEORI DASAR
Daun-daun pada suatu tumbuhan biasanya terdapat pada batang atau cabangnya, ada kalanya daun-daun berjejal-jejal pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal atau bagian ujungnya. Umumnya daun-daun pada batang terpisah pada batang terpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata. Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral tadi mengelilingi batang a kali, dan jumlah daun yang di lewati selama itu adalah b, juga dinamakan rumus daun atau disvergensi.
            Pecahan a/b selanjutnya dapat menunjukkan sudut antara dua daun berturut-turut jika diproyeksikan pada bidang datar. Jarak antara kedua daun pun tetap dan besarnya adalah a/b x 3600, yang di sebut sudut disvergensi, ternyata didapati pecahan a/b dapat terdiri dari pecahan 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dan seterusnya. Untuk menjelaskan tata letak daun dapat dilakukn dengan bagan tata letak daun dan diagram tata letak daunnya.
A.    Bagan Tata Letak Daun
            Untuk membuat bagan tata letak daun, batang tumbuhan digambar sebagai silinder dan padanya digambar membujur ortostik-ortostiknya, demikian pula pada buku-buku batangnya.
B.     Diagram Tata Letak Daun
            Untuk membuat diagram tata letak daun, batang tumbuhan harus di pandang sebagai kerucut memanjang, denan buku-bukunya sebagai lingkaran-lingkaran sempurna. Jika diproyeksikan pada bidang datar maka buku-buku tersebut akan menjadi lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak kerucut akan menjadi titik pusat lingkaran-lingkaran tadi.
C.    Spirostik dan Parastik
            Pada suatu tumbuhan garis-garis ortostik yang biasanya tampak lurus ke atas, dapat mengalami perubahan-perubahan arahnya karena pengaruh macam-macam faktor. Perubahan sangat karakteristik ialah ortostik menjadi garis spiral yang tampak melingkar batang pula.
            Dalam keadaan yang demikian, spiral genetik sukar ditentukan dan tampaknya letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral tadi yang diberi nama lain spirostik.
            Bagian tumbuhan yang letak daunnya cukup rapat, daunnya seakan-akan mengikuti garis spiral ke kiri atau ke kanan. Garis spiral dengan arah putaran ke kiri dan ke kanan menghubungkan daun-daun yang menurut ke  arah samping (mendatar, horizontal) mempunyai jarak terdekat. Setiap daun mempunyai tetangga yang terdekat, satu ke kiri dan satunya ke kanan. Dari sudut situ pula tampak ada spiral ke kiri dan ke kanan. Gari-garis itu disebut parastik.
 

V.                   ANALISIS DATA
1.      Ranting Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
Klasifikasi    :
Kingdom      :    Plantae
Divisio          :    Magnoliophyta
Classis          :    Magnoliopsida
Sub clasis     :    Dilleniidae
Ordo             :    Malvales
Familia         :    Malvaceae
Genus           :    Hibiscus
Species         :    Hibiscus rosa-sinensis L.
(Steenis, 2002)
Batang  kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) berbentuk bulat (teres). Daun kembang sepatu bentuknya bulat telur (ovatus). Tepi daunnya bergerigi kasar, dengan ujung daunnya yang runcing (acutus) karena kedua tepi ujung daun di kanan dan kiri ibu tulang sedikit demi sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk suatu sudut lancip (lebih kecil dari 90o). Tekstur daunnya licin mengkilat (nitidus) dengan warna daun yang hijau. Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) merupakan daun bertangkai karena susunan daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) tidak lah lengkap yaitu hanya terdiri dari tangkai dan helaiannya saja.
Kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) memiliki tata letak daun tersebar (folia sparsa) karena pada tiap – tiap buku batang hanya terdapat satu daun sehingga dapat ditentukan rumus daunnya. Rumus daun kembang sepatu  adalah  karena untuk mencapai daun yang tegak lurus satu sama lain telah melewati b = 5 daun dengan garis ortostik yang melingkari batang sampai a = 2 kali. Rumus daun tersebut didapat dengan mencari daun yang sejajar tadi, tetapi daun pertama dianggap sebagai nol (0), setelah itu menghitung berapa kali mengelilingi lingkaran batang hingga mencapai daun yang sejajar dengan daun pertama.  Sedangkan jika diproyeksikan pada bidang datar, jarak sudut antara kedua daun berturut-turut (sudut divergensi) pun tetap dan besarnya adalah   x 360° = 144°.

2.      Ranting Alamanda (Allamanda chatartica L.)
Klasifikasi    :
Kingdom      :    Plantae
Divisio          :    Magnoliophyta
Classis          :    Magnoliopsida
Sub clasis     :    Asteridae
Ordo             :    Gentianales
Familia         :    Apocynaceae
Genus           :    Allamanda
Species         :    Allamanda cathartica L.
(Steenis, 2002)
Daun allamanda (Allamanda chatartica L.) umumnya berbilangan 3 – 4 daun. Ujung daun meruncing (acuminatus) karena ujung daun yang runcing tetapi titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, sehingga ujung daun nampak sempit panjang dan runcing. Pangkal daunnya runcing (acutus). Tepi rata (integer). Tulang daun menyirip (penninervis) karena daun alamanda (Allamanda chatartica L.) mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan juga dari samping ke luat tulang – tulang cabang, sehingga susunannya menyerupai susunan sirip – sirip ikan. Bentuk daun memanjang (oblongus) karena perbandingan daun alamanda (Allamanda chatartica L.) mempunyai panjang : lebar = 21/2 – 3 : 1. Di sisi atas permukaan daun tampak mengkilat. Daun alamanda (Allamanda chatartica L.) memiliki tata letak daunnya berkarang (folia verticillata) karena pada tiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun. Sehingga tidak dapat dihitung rumus daunnya karena duduk daunnya yang tidak tersebar.

3.      Tumbuhan Pandan (Pandanus sp.)
Klasifikasi    :
Divisio          :    Magnoliophyta
Classis          :    Liliopsida
Sub clasis     :    Arecidae
Ordo             :    Pandanales
Familia         :    Pandanaceae
Genus           :    Pandanus
Species         :    Pandanus sp.
(Cronquist, 1981)
Tumbuhan pandan (Pandanus sp.) memiliki daun terkumpul rapat, dalam 3 baris berbentuk spiral, duduk, dengan pangkal memeluk batang. Bagian daunnya tidak lengkap hanya terdiri atas helaian saja mempunyai pangkal yang lebar yang seakan – akan pangkal daunnya akan melingkari batang atau memeluk batang sehingga di sebut daun memeluk batang (amplexicaulis). Bentuk daun adalah garis (linearis) karena pada penampang melintangnya pipih dan daun amat panjang. Pertulangan daun yang sejajar (rectinervis). Bagian pangkal daun runcing (acutus). Ujung daunnya membulat (rotundatus) karena ujungnya sama seperti ujung yang tumpul tetapi tidak terbentuk sudut sama sekali, sehingga membentuk semacam suatu busur. Tepi daun bergerigi (serratus) karena sinus dan angulusnya sama – sama lancip. Sedangkan urat daun menyirip (penninervis) karena daun pandan (Pandanus sp.) mempunyai satu ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung, dan juga dari samping ke luat tulang – tulang cabang, sehingga susunannya menyerupai susunan sirip – sirip ikan. Daun pada tumbuhan pandan terletak melingkar mengikuti garis spiral yang tampak melingkar pada batang, sehingga rumus tata letak daun sulit ditentukan. Jadi letak daun pada batang mengikuti ortostik yang telah berubah menjadi garis spiral yang diberi nama spirostik, pada tanaman pandan memperlihatkan 3 spirostik yang disebut juga trispirostik.

4.      Tumbuhan Bayam (Amaranthus spinosus L.)
Klasifikasi    :
Divisio          :    Magnoliophyta
Classis          :    Magnoliopsida
Sub Classis   :    Caryophyllidae
Ordo             :    Caryophyllales
Familia         :    Amaranthaceae
Genus           :    Amaranthus
Species         :    Amaranthus spinosus L.
(Cronquist,1981)
Tumbuhan bayam (Amaranthus spinosus L.) memiliki tata letak daun tersebar (folia sparsa) karena pada tiap – tiap buku batang hanya terdapat satu daun sehingga dapat ditentukan rumus daunnya. Rumus daun bayam adalah a/b =  karena untuk mencapai daun yang tegak lurus satu sama lain telah melewati b = 5 daun dengan garis ortostik yang melingkari batang sampai a = 2 kali untuk melewati 5 daun tersebut. Rumus daun tersebut didapat dengan mencari daun yang sejajar, tetapi daun pertama tidak dihitung, setelah itu menghitung berapa kali mengelilingi lingkaran batang hingga mencapai daun yang sejajar dengan daun pertama. Jika diproyeksikan pada bidang datar, jarak antar kedua daun berturut-turut (sudut divergensi) pun tetap dan besarnya adalah   x 360° = 144°.
5.      Tanaman Pepaya (Carica papaya L.)
Klasifikasi    :
Kingdom      :    Plantae
Divisio          :    Magnoliophyta
Classis          :    Magnoliopsida
Sub clasis     :    Dilleniidae
Ordo             :    Violales         
Familia         :    Caricaceae
Genus           :    Carica
Species         :    Carica papaya L.
(Cronquist, 1981)
Batang daun papaya (Carica papaya L.) bulat silindris. Daun berjejal pada ujung batang dan ujung cabang. Helaian daunnya bulat telur (ovatus). Bertulang daun menjari (palminervis) yaitu kalau dari ujung tangkai daun keluar beberapa tulang yang memencar, memperlihatkan susunan seperti jari – jari pada tangan dan jumlah tulang ini lazimnya gasal, yang di tengah yang paling besar dan paling besar dan paling panjang, sedang ke samping semakin pendek. Bercangap menjari (palmatifidus) yaitu jika tepinya bercangap, sedang susunan tulangnya menjari.  Ujung meruncing (acuminatus) karena ujung daunnya yang runcing tetapi titik pertemuan kedua tepi daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung daun nampak sempit panjang dan runcing. Daun pepaya (Carica papaya L.) memiliki tata letak daun tersebar (folia sparsa) karena pada tiap – tiap buku batang hanya terdapat satu daun sehingga dapat ditentukan rumus daunnya. Rumus daun bayam adalah  karena untuk mencapai daun yang tegak lurus satu sama lain telah melewati   b = 8 daun dengan melingkari batang sampai a = 3 kali untuk melewati 8 daun dan mencapai daun yang sejajar dengan daun pertama tadi. Jika diproyeksikan pada bidang datar, jarak antar kedua daun berturut-turut (sudut divergensi ) besarnya adalah  x 360° = 135°.

 VI.                KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah di lakukan, maka dapat di ambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1.      Tata letak daun tergolong atas 3 macam, yaitu Tersebar (pada tiap buku-buku batang hanya terdapat 1 daun), Berhadapan bersilang (pada tiap buku-buku batang terdapat dua daun) dan Berkarang (pada tiap buku-buku batang terdapat lebih dari dua daun).
2.      Rumus daun divergensi adalah perbandingan antara banyaknya putaran untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun permulaan garis spiral yang mengelilingi batang a kali dengan jumlah daun yang dilewati selama itu adalah b, kemudian didapati pecahan a/b  yang terdiri dari pecahan 1/2, 1/3, 2/5, 3/8, 5/13, 8/21 dan seterusnya.
3.      Tumbuhan kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis) dan bayam (Amaranthus spinosus L.) memiliki tata letak daun tersebar (folia sparsa) sehingga dapat ditentukan rumus daunnya yaitu  dengan sudut divergensinya sebesar 144o.
4.      Tumbuhan papaya (Carica papaya L.) memiliki tata letak daun tersebar (folia sparsa) sehingga dapat ditentukan rumus daunnya yaitu  dengan sudut divergensinya 135o.
5.      Tumbuhan pandan (Pandanus sp.) memiliki tata letak daun spirostik yaitu trispirostik sehingga tidak dapat ditentukan rumus daunnya.
6.      Tumbuhan alamanda (Allamanda cathartica L.) memiliki tata letak daun berkarang yaitu adanya 3-4 anak daun dalam satu buku sehingga tidak dapat ditentukan rumus daunnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar